Rabu, 08 Agustus 2012

PENDEKATAN GEOGRAFI A. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach) Setiap tempat di permukaan bumi mempunyai ciri-ciri yang khusus dimana dapat dibedakan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Oleh karena itu, Konsep Ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan tempat hidup tumbuhan, hewan, dan manusia. Pendekatan keruangan adalah menganalisis gejala atau fenomena geografis berdasarkan penyebarannya dalam ruang. Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing masing aspek-aspek keruangannya. Aspek - aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Dalam mengkaji aspek-aspek tersebut, seorang ahli geografi sangat memperhatikan faktor letak, distribusi (persebaran), interrelasi serta interaksinya. Karena itu, analisis keruangan dapat dijadikan dasar untuk perencanaan penggunaan lahan tertentu. Salah satu contoh pendekatan keruangan adalah sebagai berikut. Contoh penggunaan pendekatan keruangan misalanya di daerah kita ada perencanaan pernbukaan lahan untuk daerah permukiman yang baru. Maka yang harus kita perhatikan adalah segala aspek yang berkorelasi terhadap wilayah yang akan digunakan tersebut. Contohnya adalah morfologi, ini kaitannya dengan banjir, longsor, air tanah. Hal itu diperlukan karena keadaan fisik lokasi dapat mempengaruhi tingkat adaptasi manusia yang akan menempatinya. Secara teoritis pendekatan itu dapat dipisahkan satu sama lain, akan tetapi pada kenyataan praktisnya, berhubungan satu sama lain. 1. Pendekatan Topik sDalam mempelajari suatu masalah geografi di wilayah tertentu, kita dapat mengadakan pendekatan dari topik tertentu yang menjadi perhatian utama. Misalnya di daerah tertentu, topik yang menjadi perhatian utama adalah kemiskinan maka kemiskinan inilah yang menjadi sorotan utama dalam pendekatan topik. Yang menjadi pegangan pokok dalam melakukan pendekatan topik ini, yaitu tidak boleh dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik yang kita dekati. Faktor-faktor geografi seperti manusianya dan keadaan fisisnya tidak boleh diabaikan. Dengan landasan keruangan ini, kita akan dapat mengungkapkan karakteristik kemiskinan di daerah yang bersangkutan kalau dibandingkan dengan gejala atau kemiskinan di wilayah yang lainnya. Kemiskinan di daerah tersebut diungkapkan jenis-jenisnya, sebab-sebabnya, penyebarannya, intensitasnya, dan interelasinya dengan gejala yang lain dan dengan masalah secara keseluruhan. 2. Pendekatan Aktivitas Manusia (Human Activities) Kehidupan manusia dimanapun ruang dan tempatnya maka akan beradaptasi dan menyesuaikan dengan kondisi ruang. Aktivitas manusia ini dapat ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala-gejala lain yang berkenaan dengan aktivitas manusia. Ditinjau dari penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis aktivitas tadi sehubungan dengan mata pencarian penduduk. Apakah aktivitas itu berlangsung di daerah pegunungan, apakah di dataran rendah, apakah dekat dengan sungai, apakah dari sungai, apakah di pantai, dan seterusnya. Dari kegiatan penyebaran penduduk tadi, kita dapat mengungkapkan interelasinya dengan keadaan kesuburan tanah, dengan hidrografi, dengan keadaan komunikasi-transportasi, dengan keadaan tinggi-rendah permukaan, dan dengan faktor faktor geografi lainnya. Oleh karena itu, kita dapat membuat suatu deskripsi tentang aktivitas penduduk tadi berdasarkan interelasi keruangan dengan gejala-gejala lain dan dengan berbagai masalah sebagai sistem keruangannya. B. Pendekatan Ekologi (Ecological Approach) Geografi dan ekologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda satu sama lain. Geografi berkenaan dengan interelasi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya. Sedangkan ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku kedua bidang ilmu tersebut, berbeda satu sama lain. Karena ada kesamaan pada objek yang digarapnya, kedua ilmu tersebut pada pelaksanaan kerjanya dapat saling menunjang dan saling membantu. Oleh karena itu, kita dapat menjelaskan bahwa Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkunganya. Suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Dalam hal ini, metodologi pendekatan, penganalisisan, dan penelaahan gejala dan masalah geografi. Pandangan dan penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alam. Pandangan dan penelaahan ini dikenal sebagai pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan. Contohnya adalah para petani zaman dahulu waktu setahun hanya mampu dapat bercocok tanam sekali, karena kebutuhan pengairan hanya mengandalakan dari musim hujan (tadah hujan), sementara jumlah penduduk semakin bertambah, kebutuhan terhadap pangan juga bertambah, maka manusia berupaya bagaimana agar kebutuhan untuk pengairan pertanian bisa sepanjang musim, maka dibuatlah bendungan. Kemudian dengan bioteknologi juga sudah ditemukan adanya variasi pada yang bagus dengan usia panen cukup pendek. Pokok dari geografi adalah berkenaan dengan studi tentang ekologi manusia pada area/daerah yang khusus. Pengertian geografi pada konteks ini bukan merupakan pengertian geografi secara keseluruhan, melainkan kepada geografi regional. Meninjau region sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan dan penyesuaian penyebaran aktivitas manusia dengan lingkungannya pada area atau daerah tertentu. Interelasi manusia dengan alam lingkungan di sekitarnya dikaji berdasarkan konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ekologi melakukan analisis dengan melihat perubahan komponen biotik dan abiotik dalam keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Misalnya, suatu padang rumput yang ditinggalkan oleh kawanan hewan pemakan rumput akan menyebabkan terjadinya perubahan lahan dan kompetisi penghuninya. Pendekatan lingkungan didasari oleh salah satu prinsip dalam biologi, yaitu adanya interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam analisis lingkungan, geografi mencoba menelaah gejala saling pengaruh mempengaruhi (interaksi) dan hubungan timbal balik (interrelasi) antara komponen fisikal (alamiah) dengan nonfisik (sosial). C. Pendekatan Kompleks Wilayah (Regional) Pendekatan komplek wilayah ini mengkaji bahwa fenomena geografi yang terjadi disetiap wilayah berbeda-beda, sehingga perbedaan ini membentuk karakteristik wilayah. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya interaksi suatu wilayah dengan wilayah yang lain saling memenuhi kebutuhannya. Pendekatan regional berarti mendekati suatu gejala atau suatu masalah dari regional, wilayah tempat gejala atau masalah tersebut tersebar. Tekanan utama pendekatannya bukan kepada topik atau aktivitas manusianya, melainkan kepada region yang merupakan tempat atau wadahnya. Jadi, wilayah dan ekologinya berdiri sendiri dalam satu ruangan. Misalnya dalam melakukan studi tentang masalah kelaparan, kita dapat melakukan pendekatan regional tentang gejala kelaparan tadi. Hal ini meninjau kelaparan berdasarkan wilayahnya. Pertanyaan yang dapat dikemukakan, yaitu di wilayah-wilayah mana saja kelaparan terjadi? Kita akhirnya dapat mengungkapkan penyebaran gejala atau masalah kelaparan di permukaan bumi. Berdasarkan penyebarannya kita dapat pula mengungkapkan apa sebabnya kelaparan itu terjadi di region/wilayah yang bersangkutan. Selanjutnya kita dapat mengungkapkan interelasi dan interaksi gejala kelaparan itu dengan gejala-gejala yang lain pada region yang sama. Dalam hal ini berarti bahwa kita telah mengungkapkan interelasi dan interaksi keruangan gejala kelaparan dengan gejala atau faktor geografi lainnya, seperti faktor aktivitas penduduknya. Selanjutnya, dari hasil pendekatan regional dengan didasarkan atas prinsip-prinsip geografi, kita akan dapat mengadakan deskripsi gejala atau masalah kelaparan tadi pada region/wilayah yang bersangkutan. Pendekatan kewilayahan (regional) mencoba membandingkan berbagai kawasan di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif. Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Hal ini karena setiap daerah memiliki perbedaan, baik kondisi alam maupun manusia, sehingga setiap daerah akan melakukan interaksi dengan daerah lain untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu, terjadi penawaran dan permintaan akan barang dan jasa. Misalnya, daerah yang subur dan banyak memiliki sumber daya akan banyak dikunjungi penduduk dari daerah yang miskin sumber daya. Ada beberapa pendekatan geografi menurut Nursid Sumaatmadja, selain pendekatan keruangan, ekologi dan regional, ada pendekatan Historis, dan pendekatan sistem. A. Pendekatan Historis (Pendekatan Kronologi) Menurut Preston E. James, sejarah dan geografi merupakan ilmu yang dwitunggal. Tempat dan waktu menyajikan kerangka kerja yang di dalamnya dapat dijelaskan pranata manusia dan proses perubahan kebudayaan yang dapat ditelusuri. Hartshorne mengemukakan pentingnya dimensi sejarah pada geografi. Jika dimensi tempat menjelaskan interelasi keruangannya maka dimensi sejarah dapat menjelaskan dimensi waktunya dan dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada studi geografi, metodologi dengan menggunakan dimensi urutan waktu atau yang sering kita sebut dengan siklus, dimensi sejarah dikenal sebagai pendekatan historis atau pendekatan kronologi. Dengan menerapkan pendekatan historis suatu gejala atau suatu masalah pada ruang tertentu, kita dapat mengkaji perkembangannya dan dapat pula melakukan prediksi proses gejala atau masalah tadi pada masa-masa yang akan datang. Melalui pendekatan historis ini, kita dapat melakukan pengkajian dinamika dan perkembangan suatu gejala geografi di daerah atau di wilayah tertentu. Meneliti, menganalisis, dan mengadakan interpretasi peta suatu wilayah dengan menggunakan pendekatan historis, artinya dengan menggunakan peta perkembangan daerah berdasarkan urutan waktunya, kita akan dapat melihat kecenderungan ke arah mana suatu kota itu tumbuh akan berkembang beserta sarana penunjang lainya. B. Pendekatan Sistem (System Approach) Sistem itu memiliki pengertian konotatif yang luas. Konsep sistem ini dapat diterapkan kepada rangkaian gejala, dapat diterapkan kepada alat atau pesawat elektronik, dapat diterapkan kepada susunan jasmaniah manusia. Kriteria utama dari suatu sistem bahwa komponen atau subsistem yang membentuk sistem tersebut, harus membentuk suatu rangkaian atau kesatuan yang tidak terpisah-pisahkan. Pada suatu sistem, rangkaian komponen itu nilainya lebih tinggi daripada komponen yang terpisah-pisah. Pendekatan sistem merupakan metode berpikir sintetik yang diterapkan pada masalah yang merupakan suatu sistem, sedangkan yang dimaksud dengan mode berpikir sintetik, yaitu mode berpikir yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin ekspansionisme adalah cara meninjau suatu benda atau suatu hal sebagai bagian dari keseluruhan yang besar. Gejala yang berkaitan dengan gejala yang menjadi sorotan utama tadi dapat ditetapkan sebagai subsistem dari gejala-gejala utamanya. Pendekatan dan penelaahan gejala geografi utama dengan subsistemnya, ditinjau sebagai satu kebulatan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Sebagai ilustrasi misalnya kita menelaah suatu jenis pertanian yang kita tetapkan sebagai satu sistem. Jika pertanian kita tetapkan sebagai satu sistem, gejala-gejala yang berhubungan dengan pertanian tadi, kita tetapkan sebagai subsistemnya. Contoh, tanah dengan kesuburannya, keadaan hidrografi dengan distribusi dan fluktuasi airnya, cuaca dengan segala unsur dan perubahannya, manusia dengan segala aktivitasnya, teknologi dengan segala perlengkapannya, dan lain-lain. Pendekatan sistem seperti di atas, dapat ditetapkan pada sistem keruangan industri, pemukiman, perkotaan, pelabuhan, jaringan komunikasitransportasi, dan lain-lainnya. Kata Kunci - Pendekatan Keruangan - Pendekatan Ekologis - Pendekatan Regional - Pendekatan Histori - Pendekatan Sistem - Penelitian Geografi

Kamis, 14 Juli 2011

GEOGRAFI REGIONAL

1. Regional
 Pengertian dari regional yaitu wilayah yang jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang ekonomi. (http://farizhp.blogspot.com/2008/04/region-regionalisme-regionalisasi.html)
 Berdasarkan pengertian geografi.suatu wilayah dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan dengan wilayah lainnya disebut regional. (http://cezhar.wordpress.com/2008/01/24/konsep-wilayah/)
 Regional adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas nasional. (http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah)
 Suatu wilayah adalah daerah tertentu yang di dalamnya tercipta homogenitas struktur ekonomi dan sosial sebagai perwujudan kombinasi antara faktor lingkungan dan demografis. (Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd dalam Geografi Pengembangan Wilayah)
 Regional adalah wilayah tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya. (N. Daljuni)

2. Geografi
 Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gĂȘ ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan"). (http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi)
 Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke-1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi. (http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
 Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’. (http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
 Preston e James (1959) berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing (http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
 “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction. (http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
 Menurut hasil SEMLOK (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. (http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
 Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati. (http://asysyuravoice.blogspot.com/2007/09/geografi-sosial-sebagai-bagian-ilmu.html)
 Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. (http://asysyuravoice.blogspot.com/2007/09/geografi-sosial-sebagai-bagian-ilmu.html)
 Strabo (1970) Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakteristik tertentu, dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan, Konsep itu disebut Natural Attribute of Place.
 James Fairgrive (1969) geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan – kemajuan di dunia, dan peta menjadi alat yang sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala geografi.



3. Geografi Regional
 Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne. (http://djunijanto.wordpress.com/materi/perkembangan-sejarah-geografi/)
 Geografi regional yaitu studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang pada suatu wilayah tertentu baik secara lokal negara maupun wilayah yang luas seperti benua. Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara aspek – aspek fisik dengan aspek – aspek manusia dan kaitan keruangan di suatu wilayah (region) tertentu. (Mustofa, Bisri. Inung Sektiyawan. 2008. KAMUS LENGKAP GEOGRAFI. Panji Pustaka:Yogyakarta)

Sabtu, 02 April 2011

Bentuk-Bentuk Muka Bumi


Daerah pantai merupakan suatu wilayah Yang secara langsung memperoleh pengaruh laut. Contoh pengaruh laut tersebut adalah peristiwa pasang surutnya air laut
Bentuk-Bentuk Daerah Pantai :

1. Teluk: adalah pantai yang bentuknya cekung ke dalam, atau juga bisa dikatakan menjorok ke darat. Contoh teluk di Indonesia : Teluk Bone di Sulawesi Selatan, Teluk Tomini di Sulawesi Tengah
2. Tanjung: adalah wilayah yang menjorok ke laut. Apabila luas tanjung sangat besar maka di sebut Semanjung.Contoh Tanjung di Indonesia :Tanjung Ujung Kulon di Banten, Tanjung Jabung di Jambi
3. Delta : adalah daratan yang terletak di muara sungai.Proses pembentukan delta diakibatkan oleh proses sendimentasi sungsiContoh Delta di Indonesia:Delta Sungai Mahakam di Pulau Kalimantan, Delta Sagara Anakan di Jawa Tengah

Dataran Rendah


Dataran rendah adalah daratan yang landai atau datar. Ketinggian dataran rendah biasanya kurang dari 500m dpl (diatas Permukaan Laut).
Dataran rendah biasanya digunakan untuk areal sawah.
Rawa adalah dataran rendah yang selalu terendam air, sehingga setengah berlumpur. Ini membuat rawa kurang baik untuk daerah pertanian.
Untuk areal pertanian di rawa harus dikeringkan dan dilakukan pengapuran yang bertujuan untuk meneltrakan sifat asam dari rawa
Di daerah bisa ditemukan tanaman bakau (mangrov)

Dataran Tinggi

Dataran tinggi terletak di ketinggain 500-1500m dpl, bentuknya bisa datar, bergelombang, maupun berbukit-bukit.
Plato adalah dataran tinggi luas dengan permukaan datar dan dikelilingi tebing yang curam.
Contoh Plato di Indonesia: Plato Dieng di Jawa Timur, Plato di sekitar Danau Toba.

Pegunungan


Pegunungan adalah daratan berbukit-bukit dan bergunung-gunung sehinga membentuk suatu rangkaian (sirkum). Ada dua sistem pegunungan lipatan muda di permukaan bumi sebagai berikut.
Sirkum Medetarian

Sirkum Medetarian berawal dari Pegunungan Alpen di Eropa kemudian menyambung ke pegunungan Himalaya di Asia lalu memasuki Indonesia melalui Pulau Sumatra. Jalur Sirkum Medetarian di Indonesia membentang dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Di Indonesia Sirkum Meditarian di Indonesia terbagi menjadi dua Busur, sebagai berikut :

* Busur Dalam Vulkanik

Busur dalam dari rangkaian Meditarian bersifat vulkanis. Yang menyababkan banyak Gunung api aktif di sekitar rangkaian Sirkum Meditarian. Contoh gunungapi tersebut adalah :Gunung Kerinci, Gunung Leuseur,dan Gunung Krakatau

* Busur Luar Nonvulkanik

Busur luar dari rangkaian Meditarian tidak bersifat vukanis. Busur luar sirkum Meditarian membentang di pantai barat Sumatra, seperti Pulau Simeul, Nias, Mentawai, dan Enggano, pantai selatan Jawa, dan pantai selatan Kepulauan Nusa Tenggara.

Sirkum Pasifik

Sirkum Pasifik berawal dari dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, lalu bersambung ke pegunugan Rocky di Amerika Utara, lalu ke Jepang, Filipina, sampai akhirnya sampai ke Indonesia melalui Sulawesi. Sirkum Pasifik juga bercabang ke Pulau Halmahera dan akhirnya sampai di Papua.


Pustaka

* Isi halaman ini diringkas dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas VII Jilid 1, Terbitan Grafindo Media Pratama, 2006